Unknown
IP Server 1 (Master) = 10.237.7.200
IP Server 2 (Slave) = 10.237.7.210
Name User = repsinglemaster
Password User = eddypurwanto
Database = singlemaster.sql (buat dengan nama, struktur, isi dan field yang pada server 1 dan 2)

- terlebih dahulu Buat Database pada server 1 dan 2

-----------
SERVER 1
-----------

mysql>  GRANT REPLICATION SLAVE ON *.* TO  ‘repsinglemaster’@’10.237.7.210’ IDENTIFIED BY ‘eddypurwanto’;

mysql>  FLUSH PRIVILEGES;

Masuk ke directory C:/xampp/mysql/bin/my.cnf dan edit menggunakan notepad lalu simpan

Tepat dibawah tulisan [mysqld] tambahkan perintah dibawah ini

----------------------------------------
server-id = 1
log-bin = C:\xampp\mysql\mysql-bin.log
binlog-do-db = singlemaster
----------------------------------------

Restart Service MySQL


mysql> RESET MASTER;

mysql> SHOW MASTER STATUS;




-----------
SERVER 2
-----------

Masuk ke directory C:/xampp/mysql/bin/my.cnf dan edit menggunakan notepad lalu simpan

Tepat dibawah tulisan [mysqld] tambahkan perintah dibawah ini

----------------------------------------
server-id = 2
master-host = 10.237.7.200
master-user = repsinglemaster
master-password = eddypurwanto
master-connect-retry = 60
replicate-do-db = singlemaster
----------------------------------------

Restart Service MySQL


mysql> START SLAVE;
mysql> SHOW SLAVE STATUS\G


Unknown

Jenis-jenis Lisensi Software

 

1) Lisensi Trial Software
Jenis lisensi yang biasa ditemui pada software untuk keperluan demo dari sebuah software sebelum diluncurkan ke masyarakat atau biasanya sudah diluncurkan tetapi memiliki batas masa aktif. Lisensi ini mengizinkan pengguna untuk menggunakan, menyalin atau menggandakan software tersebut secara bebas. Namun karena bersifat demo, seringkali software dengan lisensi ini tidak memiliki fungsi dan fasilitas selengkap versi komersialnya. Dan biasanya dibatasi oleh masa aktif tertentu.

2) Lisensi Shareware
Mengizinkan pemakainya untuk menggunakan, menyalin atau menggandakan tanpa harus meminta izin pemegang hak cipta. Berbeda dengan Trial Software, lisensi ini tidak dibatasi oleh batas waktu masa aktif dan memiliki fitur yang lengkap. Lisensi jenis ini biasanya ditemui pada software perusahaan kecil.

3) Lisensi Freeware
biasanya ditemui pada software yang bersifat mendukung, memberikan fasilitas tambahan atau memang free/gratis. Contoh yang bersifat mendukung antara lain adalah plug in tambahan yang biasanya menempel pada software induk seperti Eye Candy yang menempel pada Adobe Photoshop.



4) Lisensi Jenis OEM (Original Equipment Manufacturer)
Lisensi ini berbentuk stiker yang biasanya ditempelkan di PC (Personal Computer), Laptop, Server dan harus dijual bersama dengan hardware. Dengan kata lain, lisensi ini terintegrasi langsung dengan jenis komputer (PC/Laptop/Server) yang digunakan. Jadi Software berlisensi OEM yang terinstall dan sudah diaktivasi, hanya boleh digunakan di komputer tersebut.Apabila terjadi kerusakan dan harus ganti/beli baru (termasuk di dalamnya walaupun hanya ganti mainboard), maka lisensi menjadi tidak berlaku lagi.

5) Lisensi Open Source

Membebaskan usernya untuk menjalankan, menggandakan, menyebarluaskan, mempelajari, mengubah, dan meningkatkan kinerja software. Berbagai jenis lisensi open source berkembang sesuai dengan kebutuhan, misalnya GNU/GPL, The FreeBSD, The MPL. Jenis-jenis software yang memakai lisensi ini misalnya Linux, sendmail, apache dan FreeBSD.

Unknown

Sistem Basis Data Terdistribusi
Sistem basis data terdistribusi adalah suatu sistem basis data yang tersebar pada tiap-tiap site. Sistem basis data ini bersifat otonom atau dapat bekerja sendiri-sendiri tanpa bergantung salah satu site. Penjelasan lain dari (Subekti, 2004:186) menjelaskan bahwa “Basis data terdistribusi (distributed database) adalah basis data yang terdiri dari kumpulan site (instalasi), dihubungkan satu dengan yang lainnya menggunakan jaringan komunikasi, dimana :
1.      Setiap site adalah merupakan basis data sendiri atau masing-masing site merupakan betul-betul satu basis data yang memiliki sendiri DBMS maupun perangkat lunak manajemen transaksi (termasuk locking lokal, logging, dan prosedur recovery), serta perangkat lunak komunikasi data.
2.      Semua site setuju bekerja sama (bila perlu), sehingga pengguna pada site yang mana saja dapat mengakses data didalam jaringan, seolah data yang diakses tersebut berada pada lokasi pengguna itu sendiri. Tempat penyimpanan ini dapat berada di satu lokasi yang secara fisik berdekatan (misal: dalam satu bangunan) atau terpisah oleh jarak yang jauh dan terhubung melalui jaringan internet”.
            Penggunaan basis data terdistribusi dapat dilakukan di server internet, intranet atau ekstranet kantor, atau di jaringan perusahaan. Untuk menjaga agar basis data yang terdistribusi tetap up-to-date, ada dua proses untuk menjaganya, yakni replikasi dan duplikasi. Dalam replikasi, digunakan suatu perangkat lunak untuk mencari atau lebih tepatnya melacak perubahan yang terjadi di satu basis data.
Setelah perubahan dalam satu basis data ter-identifikasi dan diketahui, baru kemudian dilakukan perubahan agar semua basis data sama satu dengan yang lainnya. Proses replikasi memakan waktu yang lama dan membebani komputer karena kompleksitas prosesnya. Sementara itu, proses duplikasi tidak sama dan tidak sekompleks replikasi. Dalam proses ini, satu basis data dijadikan master, kemudian diperbanyak menjadi sejumlah duplikat. Selama proses duplikasi berlangsung, perubahan hanya boleh dilakukan pada basis data master agar data lokal tidak tertimpa.


Karakteristik Database Terdistribusi
            Menurut  Poerbaningtyas (2009 : 58), menjelaskan karakteristik dari sistem basis data terdistribusi :
  1. Kumpulan data yang digunakan bersama secara logic tersebar pada sejumlah komputer yang berbeda.
  2. Komputer yang dihubungkan menggunakan jaringan komunikasi.
  3. Data pada masing-masing situs dapat menangani aplikasi-aplikasi lokal secara otonom.
  4. Data pada masing situs di bawah kendali satu Database Management System (DBMS) .
  5. Masing-masing Database Management System (DBMS) berpartisipasi dalam sedikitnya satu aplikasi global.

Keuntungan Sistem Database Terdistribusi
Menurut  Poerbaningtyas (2009:61),  menjelaskan keuntungan dari sistem basis data terdistribusi :
  1. Pengawasan distribusi dan pengambilan data
Jika beberpa site yang berbeda dihubungkan, seorang pemakai yang berada pada satu site dapat mengakses data pada site lain.  
Contoh : sistem distribusi pada sebuah bank memungkinkan seorang pemakai pada salah satu cabang dapat mengakses data cabang lain.
2.      Reliability dan Availability
Sistem distribusi dapat terus menerus berfungsi dalam menghadapi kegagalan dari site sendiri atau mata rantai komunikasi antar site.
3.      Kecepatan pemrosesan query
Contoh : jika site-site gagal dalam sebuah sistem terdistribusi, site lainnya dapat melanjutkan operasi jika data telah direplikasi pada beberapa site.
4.      Otonomi lokal Pendistribusian
Sistem mengijinkan sekelompok individu dalam sebuah perusahaan untuk melatih pengawasan lokal melalui data mereka sendiri. Dengan kemampuan ini dapat mengurangi ketergantungan pada pusat pemrosesan.
5.      Efisiensi dan fleksibel
Data dalam sistem distribusi dapat disimpan dekat dengan titik dimana data tersebut dipergunakan. Data dapat secara dinamik bergerak atau salinannya dapat dihapus.


Kekurangan Sistem Database Terdistribusi
Menurut  Poerbaningtyas (2009:59), menjelaskan kekurangan dari sistem basis data terdistribusi :
1.      Harga software mahal
Hal ini disebabkan sangat sulit untuk membuat sistem database distribusi.
2.      Biaya pemrosesan tinggi
Perubahan pesan dan penambahan perhitungan dibutuhkan untuk mencapai koordinasi antar site.
3.      Perancangan basis data lebih kompleks
Sebelumnya menjadi keuntungan. Tetapi karena distribusi menyebabkan masalah sinkronisasi dan koordinasi, kontrol terdistribusi menjadi kerugian atau kekurangan di masalah ini.

Prinsip Dasar Basis Data Terdistribusi
Menurut  Subekti (2004 : 189), menjelaskan prinsip dasar dari sistem basis data terdistribusi :
  1. Otonomi lokal
Suatu site dalam sistem terdistribusi harus memiliki otonomi. Otonomi lokal mempunyai arti bahwa semua operasi yang dilaksanakan pada suatu site sepenuhnya dikendalikan oleh site tersebut, tidak ada site yang tergantung pada site lain, ataupun suatu site lokal tergantung pada site pusat. Sehingga bila suatu site mengalami gangguan (down), maka site yang lain masih beroperasi normal.
  1. Tidak bergantung pada site pusat
Otonomi lokal juga mempunyai implikasi bahwa semua site harus diperlakukan setingkat, tidak ada ketergantungan pada site induk pusat untuk mendapatkan berbagai bentuk dukungan, seperti pengolahan kueri terpusat atau manajemen transaksi terpusat sedemikian rupa, sehingga seluruh sistem tergantung pada site pusat.
  1. Operasi yang berlanjut
Pada sistem basis data terdistribusi, seperti halnya pada sistem yang non-distribusi, secara ideal tentunya sistem tidak pernah dimatikan. Yaitu sistem tidak harus dimatikan pada kondisi apapun, untuk misalnya saja melakukan fungsi tertentu, misalnya dalam rangka penambahan instalasi, peningkatan DBMS dengan versi yang baru, dan lain sebagainya.
  1. Transparan lokasi (independensi lokasi)
Pengertian dasar dari transparan lokasi (atau juga disebut indepedensi lokasi) cukup sederhana. Pengguna tidak perlu mengetahui dimana data tersimpan secara fisik, sebaliknya pengguna harus dapat berlaku secara logikal seakan data berada di site sendiri, meskipun secara fisik berada dimana saja.

Metode Replikasi Database Terdistribusi
Replikasi adalah suatu teknik untuk melakukan copy dan pendistribusian data dan objek-objek database dari satu database ke database lain dan melaksanakan sinkronisasi antara database sehingga konsistensi data dapat terjamin (Wahyuningsih,  2011).  Replikasi dapat dipahami sebagai teknik pengkopian database dan pengelolaan objek-objek database dalam suatu jaringan komputer yang dapat membentuk suatu sistem database terdistribusi untuk menjaga konsistensi data secara otomatis.
Jadi, dengan menggunakan teknik replikasi ini, data dapat didistribusikan ke lokasi yang berbeda melalui koneksi jaringan lokal maupun internet . Replikasi juga memungkinkan untuk mendukung kinerja aplikasi, penyebaran data fisik sesuai dengan penggunaannya, seperti pemrosesan transaksi online dan DSS (Decision Support System) atau pemrosesan database terdistribusi melalui beberapa server. Dengan menggunakan teknik ini, kehandalan database akan lebih terjamin karena data dapat didisitribusikan ke server-server yang lain.    
Misalnya seperti transaksi yang terjadi pada Bank, apa yang akan terjadi jika Bank hanya memiliki sebuah database server, apabila pada database server tersebut terjadi kerusakan atau padamnya arus listrik? Pasti transaksi perbankan akan berhenti total. Hal ini tidak demikian terjadi jika kita menggunakan database terdistribusi yang pada setiap transaksi juga direplikasi ke server yang lain.

Teknik Single Master Replicated
Dengan metode ini, salah satu komputer berfungsi sebagai master dan yang lainnya berfungsi sebagai slave. Pada prosesnya, komputer yang digunakan  sebagai server akan dapat read dan write ke dalam database. Sedangkan komputer yang berfungsi sebagai slave, hanya akan read saja kedalam database tersebut. Apabila kita melakukan perubahan data pada master, maka otomatis data pada slave akan berubah. Tetapi jika kita melakukan perubahan data pada slave, database pada master tidak akan berubah.

Teknik Single Master Replication

Teknik Multi Master Replicated
Dengan metode ini, salah satu komputer berfungsi sebagai master server dan yang lainnya berfungsi sebagai master server juga. Pada prosesnya, setiap komputer akan dapat write dan read data didalam database. Apabila kita melakukan perubahan data pada master server 1, maka otomatis data pada master server 2 akan berubah. Begitu juga jika kita melakukan perubahan data pada master server  2 , database pada master  server 1  akan berubah . Artinya setiap master 1 dan master 2 akan dapat mengubah dan menambah data pada database yang akan didistribusikan.

 Teknik Multi Master Replication